Namun, Hanya Dua Pulau Besar Saja Yang
Diduduki Oleh Penduduk Setempat, Yakni: Pulo Breuh Dan Pulo Nasi. Adapun Jumlah
Desa/ Gampong Di Kecamatan Ini Berjumalah 17 Gampong. Yang Mana, 12 Di Pulo Breuh Dan 5 Lainnya Di
Pulo Nasi Dengan Total Perkiraan Jumlah Penduduk 4000 – 5000 Jiwa. Mayoritas Penduduk
Setempat Berprofesi Sebagai Petani Dan Nelayan. Wajar Saja, Karena Wilayah Ini
Hanya Hamparan Gunung Dan Lautan.
Adapun Pusat Pemerintahan Pulo Aceh Atau
Kantor Camat Terletak Di Pulo Breuh Tepatnya Di Gampong Lampuyang. Makanya, Tak
Jarang Ada Yang Mengatakan Lampuyang Adalah Ibu Kota Pulo Aceh.
Jadi, Kalau Kita Berprasangka Bahwa Pulo Aceh
Adalah Sebuah Pulau Yang Terhampar Dalam Satu Daratan. Maka Itu Salah Besar.
Karena Terkadang, Bagi Masyarakat Yang Bermukim Di Pulo Nasi Harus Menyebrang
Laut Untuk Pengurusan Surat Menyurat. Namun, Ada Angin Surga Yang Berhembus Ke
Media Sosial, Akan Ada Pembangunan Jembatan Penghubung Antara Pulo Nasi Dengan
Pulo Breuh Pada Tahun 2022. Semoga Saja Itu Terwujud. Pasalnya, Angin Surga
Seperti Ini Sering Terdengar Di Telinga Masyarakat Setempat. Namun, Yaa..
Semoga Saja Kali Ini Terwujud. Amiin..
Pulo Aceh Sendiri Adalah Sebuah Kecamatan
Milik Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh. Yang Mana Ia Penuh Dengan Berbagai
Macam Permasalahan. Baik Itu, Di Bidang Pengembangan Kawasan, Ekonomi Masyarakat, Pelayanan Kesehatan
Bahkan Pendidikan. Hal Ini Banyak Mencuat Ke Sosial Media. Sehingga, Tidak
Sedikit Pemangku Jabatan Sekaligus Pengambil Kebijakan Yang Terlihat Kecolongan
Dalam Mengawasi Karywannya.
Dibalik Permasalahan itu semua. Pulo Aceh
Memiliki Ciri Khas Tersendiri. Terutama Di Bidang Kesenian dan Objek Wisatanya
Yang Sangat Potensial.
Di Bidang Kesenian, Pulo Aceh Memiliki Tarian
Khas Yakni “Likok Pulo” Yang Mana Tarian Ini Sudah Turun Temurun Sejak Dahulu
Kala. Kelebihan Tarian Ini Selain Dari Lantunan Syairnya Ada Gerakannya
Yang Memiliki Makna Dan Nilai-Nilai
Islami Serta Bersanad Langsung Sampai Dengan Pencetusnya Yaitu Syaikh Ahmad
Badrun. Namun, Masyarakat Setempat Dulu Memplesetinya Menjadi Syaikh Ahmad Bad-Houn.
Bahkan Para Penari Ini Yang Masih Remaja Sudah Pernah Diundang Ke Ibu Kota
Indonesia – Jakarta, Guna Untuk Penampilan Tarian Khas Milik Mereka. Ungkap
Bapak Nur Mairi Atau Yang Sering Disapa Dengan “Yah Bit”.
Di Bidang Wisata Pulau Ini Ibarat Gadis
Perawan Yang Cantik Dan Belum Pernah Dilihat. Keindahan Pesona Alam Yang Belum
Terjamah Akan Menggoda Wisatawan Yang Menyukai Keindahan Alam Yang Masih Asli
Dan Belum Terjamah Oleh Tangan-Tangan Jahat Manusia. Hanya Saja, Keindahan Pulo
Aceh Ini Belum Dikembangkan Dan Dikelola Secara Maksimal Oleh Pemangku Jabatan.
Disamping Kekurangannya, Wisatawan Yang
Pertama Sekali Menginjakkan Kakinya Di Pulau Ini Dipastikan Akan Langsung
“Jatuh Cinta” Melihat Pemandangan Alamnya Yang Sangat Indah Dan Pantainya Yang
Masih “Perawan”. Pada Tahun 2019 Hal Ini Diakui Oleh Seorang Turis Asal Belgia
Saat Berjumpa Dengan Saya, Dia Berkata: This Island Will Be Better Than
Sabang Or Bali, May Be”. Yang Artinya: “Pulau Ini Akan Jadi Lebih Baik Dari
Sabang Atau Bali. Mungkin” Dengan Senyuman Kecilnya.
Sebelum Kita Beralih Ke Pulau Ibu Kota Pulo
Aceh. Sebaiknya Kita Jajaki Dulu Pulau Bagiannnya Yaitu, Pulo Nasi.
Destinasi Wisata Di Pulo Nasi Luar Biasa
Indahnya Untuk Menuju Kesini Kita Bisa Menaiki Kmp Papuyu Di Pusat Pelabuhan
Ulee Lhee Dan Kita Juga Bisa Menaiki Perahu/ Boat Penumpang Yang Terbuat Dari
Kayu. Yang Mana Kita Akan Menikmati Ayunan Ombak Yang Menerkam Dan Menguji
Andrenaline. Pelabuhan Boat/ Perahu Untuk Menuju Ke Pulo Nasi Berada Di Bawah
Jembatan Ulee Lhee - Banda Aceh.
Adapun, Objek Wisata Di Pulau Ini Ada Di
Ujong Eumpee Di Gampong Deudap. Disini Terdapat Bebatuan Cadas Hal Ini Punya
Daya Tarik Tersendiri Bagi Pelancong. Terdapat Batu Di Tepi Laut Yang Tampak
Seperti Sengaja Diukir. Pengunjung Dapat Menikmati Sensasi Deburan Ombak Dan
Semilir Angin Yang Berhembus.
Bagi Wisatawan Yang Ingin Berenang Dapat Mengunjungi Pantai Nipah Yang Terletak
Di Gampong Rabo. Air Biru Kehijauan Dan Ombak Yang
Tenang Menjadi Daya Tarik Yang Memikat Dari Pantai Ini. Pasir Putih Di
Sepanjang Tepi Laut Pun Membuat Pantai Nipah Semakin Indah Dipandang Mata.
Bagi Pelancong Yang Hendak Memburu Senja Atau
Sunset, Ada Pantai Lhok Mata Ie Di Gampong Pasie Janeing Yang Menjadi Lokasi
Yang Tak Boleh Dilewatkan. Pantai Pasir Putih Ini Menghadap Ke
Arah Barat Atau Persis Ke Arah Matahari Tenggelam. Sehingga Pelancong Bisa Mengabadikan Momen
Dengan Sunset Berlatarkan Matahari Menjelang Tenggelam Yang Bercahaya Kemerahan. Ada Juga
Objek Wisata Lainnya Di Pantai Alue
Riyeung Dan Pusat Pelabuhan Kmp Papuyu Di Lamteng. Nah Itulah dia objek wisata
yang ada di Pulo Nasi.
Menuju Ke Pulo Breuh, Jauh Lebih Memanjakan
Mata Kita Dengan Keindahan Lautnya, Alamnya Yang Asri Dan Pastinya Sebuah Bukti
Sejarah Nkri Peninggalan Masa Kolonial, Yaitu: Mercusuar William Torens. Untuk
Menuju Ke Sini Sama Halnya Dengan Kita Bertujuan Ke Pulo Nasi, Dimana Kita Bisa
Menggunakan Kmp Papuyu Dan Boat/ Perahu Penumpang Dengan Ukuran Yang Jauh Lebih
Besar Dibandingkan Dengan Boat Yang Bertujuan Ke Pulo Nasi. Namun, Sayangnya
Kpm Papuyu Jarang Berlabuh Di Pulo Breuh Tepatnya Di Pelabuhan Ulee Paya. Hal
Ini Dikarenakan Pelabuhannya Yang Belum Layak Pakai. Adapun Untuk Pelabuhan
Perahu/ Boat Menuju Ke Sini Bisa Kita Temukan Di Lampulo - Banda Aceh.
Sebelum Kita Tiba Menginjakkan Kaki Di
Pelabuhan Lampuyang Kita Harus Menguji Andrenalin Dengan Ombak Laut Lepas Dari
Samudra Yang Dikenal Dengan “Aroih Lampuyang” Arus Ini Cukup Menantang Jiwa
Ketika Kita Berpergian Saat Cuaca Buruk. Tapi, Selepas Kita Menginjakkan Kaki
Ke Pelabuhan Tersebut Maka Kita Akan Disambut Dengan Alam Yang Masih Asri Nan
Indah Menawan. Bahkan Kita Dengan Mudahnya Menemukan Sepasang Rangkong
(Buceros), Sejenis Burung Langka Yang Punya Paruh Tanduk Sapi Atau Elang Yang
Terbang Tak Terlalu Tinggi.
Kembali Ke Destinasi Wisata Di Pulo Breuh.
Tempat Ini Tidak Kalah Dengan Wisata Sabang Andai Saja Dimaksimalkan Oleh Yang
Berkewajiban. Selain Objek Wisata Laut, Ada Sebuah Objek Wisata Yang Paling
Diburu Oleh Wisatawan Yaitu Peninggalan Kolonial Belanda Yang Bernama Mercusuar
Wiiliam Torren. Jikalau Kita Berada Di Ulee Paya Untuk Menuju Ke Mercusuar Ini
Harus Melewati 6 Gampong Sebelum Sampai Di Gampong Meulingge Lokasi Mercusuar
Ini Berada. Jaraknya Sekitar 20 Kilometer. Memang Perjalannya Agak Sulit
Ditempuh Jika Fisik Tidak Prima. Namun Begitu Tiba Di Mercusuar, Letih Akan Berkurang
Saat Kita Menikmati Panorama Pantai Dan Gunung Dari Ketinggian.
Saat Menanjak Satu Per Satu Anak Tangga Yang
Dipasang Melingkar, Kita Seperti Diajak Masuk Ke Lorong Waktu. Bau Pengap
Bagaikan Terkurung Dalam Sebuah Lorong. Tanjaklah Secara Perlahan. Rasakan Angin Yang Masuk Lewat
Jendela-Jendela Kecil Yang Dibuat Pada Beberapa Bagian Di Sekeliling Mercusuar.
Saat Menginjak Tangga Akhir Dan Keluar Di Pucuk Menara, Kita Akan Lupa Rasa
Letih. Angin Di Ketinggian 85 Meter Di Atas Permukaan Laut Berhembus Perlahan.
Jika Ada Lantunan Musik Atau Gelak Tawa Maka Akan Terdengar Nyaring Ke
Sekelilingnya Karena Dibawa Angin.
Dari Pucuk Menara, Kita Dapat Melihat
Samudera Hindia Yang Membentang Luas, Hingga Berbatas Pandangan Mata. Dari
Sanalah, Puluhan, Bahkan Ratusan Kapal Melintas Setiap Harinya. Yang Mana Laut
Meulingge, Berbatasan Langsung Dengan Lintasan Internasional.
Sejarah Mercusuar William’s Torrent Ini Dibangun
Kolonial Belanda Di Nusantara Pada Tahun 1875. Bangunan Bergaya Eropa Ini,
Didirikan Di Atas Cadas Yang Curam Dan Menjorok Langsung Ke Laut. Masyarakat
Sekitar Menyebut Mercusuar Dengan Nama Lampu. Karena Lampu Inilah Yang
Mengarahkan Para Nelayan Untuk Kembali Pulang Ke Rumah Mereka. Tebal Dinding Bangunannya
Mencapai Satu Meter, Dengan Ketinggian 85 Meter.
Di Masa Kolonial, Mercusuar Ini Menjadi Penunjuk Arah Kapal-Kapal
Pengangkut Hasil Bumi Yang Akan Merapat Ke Pelabuhan. Kala Itu, Belanda Ingin
Membangun Pelabuhan Besar Di Sabang, Pulau Weh.
Kononnya, Mercusuar Ini Hanya Ada Tiga Di
Dunia. Pasangannya, Ada Di Kepuluan Karibia, Yang Menjadi Tempat Penggarapan
Film Pirates Of Caribian. Sementara Yang Satunya Lagi, Telah Dijadikan Museum
Di Belanda.
Nama William’s Torren, Diambil Dari Nama Raja
Luxemburg, Willem Alexander Paul Frederich Lodewijk. Pada Masa Itu, Ia Dikenal
Sebagai Raja Yang Ikut Membangun Perekonomian Dan Infrastruktur Daerah
Kekuasaan Hindia Belanda. Karena Itu, Nama Dia Disematkan Di Mercusuar
Meulingge Ini Menjadi Mercusuar William’s Torrens.
Banyak Hal Hal Indah, Unik Dan Menarik Lainnya Di Pulo Aceh. Namun Sulit Rasanya Menjelaskan Semuanya Hanya Dalam Satu Video. Nantikan Episode Lainnya Tentang Pulo Aceh. Jangan Lupa Subscribe, Like Dan Share Video Ini Bila Bermanfaat.. See You Next Time.. Salam Indkael Tv.Simak
Posting Komentar
Apa Tanggapan Anda?