Follow My Instagram

Pulo Aceh: Pulau Potensial Yang Bermasalah

Pulo Aceh Adalah Salah Satu Kecamatan Yang Terletak Di Ujung Barat Pulau Sumatra - Indonesia. Pulo Aceh, Memiliki Beberapa Pulau, Antara Lain: Pulo Breuh, Pulo Nasi, Pulo Teunom, Pulo Jroek, Pulo Teungkurak, Pulo Bunta, Pulo Tuan Diapit, Pulo U, Pulo Sidom, Pulo Geupon, Dan Pulo Lhee Blah.

Namun, Hanya Dua Pulau Besar Saja Yang Diduduki Oleh Penduduk Setempat, Yakni: Pulo Breuh Dan Pulo Nasi. Adapun Jumlah Desa/ Gampong Di Kecamatan Ini Berjumalah 17 Gampong.  Yang Mana, 12 Di Pulo Breuh Dan 5 Lainnya Di Pulo Nasi Dengan Total Perkiraan Jumlah Penduduk 4000 – 5000 Jiwa. Mayoritas Penduduk Setempat Berprofesi Sebagai Petani Dan Nelayan. Wajar Saja, Karena Wilayah Ini Hanya Hamparan Gunung Dan Lautan.

Adapun Pusat Pemerintahan Pulo Aceh Atau Kantor Camat Terletak Di Pulo Breuh Tepatnya Di Gampong Lampuyang. Makanya, Tak Jarang Ada Yang Mengatakan Lampuyang Adalah Ibu Kota Pulo Aceh.

Jadi, Kalau Kita Berprasangka Bahwa Pulo Aceh Adalah Sebuah Pulau Yang Terhampar Dalam Satu Daratan. Maka Itu Salah Besar. Karena Terkadang, Bagi Masyarakat Yang Bermukim Di Pulo Nasi Harus Menyebrang Laut Untuk Pengurusan Surat Menyurat. Namun, Ada Angin Surga Yang Berhembus Ke Media Sosial, Akan Ada Pembangunan Jembatan Penghubung Antara Pulo Nasi Dengan Pulo Breuh Pada Tahun 2022. Semoga Saja Itu Terwujud. Pasalnya, Angin Surga Seperti Ini Sering Terdengar Di Telinga Masyarakat Setempat. Namun, Yaa.. Semoga Saja Kali Ini Terwujud. Amiin..

Pulo Aceh Sendiri Adalah Sebuah Kecamatan Milik Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh. Yang Mana Ia Penuh Dengan Berbagai Macam Permasalahan. Baik Itu, Di Bidang Pengembangan Kawasan,  Ekonomi Masyarakat, Pelayanan Kesehatan Bahkan Pendidikan. Hal Ini Banyak Mencuat Ke Sosial Media. Sehingga, Tidak Sedikit Pemangku Jabatan Sekaligus Pengambil Kebijakan Yang Terlihat Kecolongan Dalam Mengawasi Karywannya.

Dibalik Permasalahan itu semua. Pulo Aceh Memiliki Ciri Khas Tersendiri. Terutama Di Bidang Kesenian dan Objek Wisatanya Yang Sangat Potensial.

Di Bidang Kesenian, Pulo Aceh Memiliki Tarian Khas Yakni “Likok Pulo” Yang Mana Tarian Ini Sudah Turun Temurun Sejak Dahulu Kala. Kelebihan Tarian Ini Selain Dari Lantunan Syairnya Ada Gerakannya Yang  Memiliki Makna Dan Nilai-Nilai Islami Serta Bersanad Langsung Sampai Dengan Pencetusnya Yaitu Syaikh Ahmad Badrun. Namun, Masyarakat Setempat Dulu Memplesetinya Menjadi Syaikh Ahmad Bad-Houn. Bahkan Para Penari Ini Yang Masih Remaja Sudah Pernah Diundang Ke Ibu Kota Indonesia – Jakarta, Guna Untuk Penampilan Tarian Khas Milik Mereka. Ungkap Bapak Nur Mairi Atau Yang Sering Disapa Dengan “Yah Bit”.

Di Bidang Wisata Pulau Ini Ibarat Gadis Perawan Yang Cantik Dan Belum Pernah Dilihat. Keindahan Pesona Alam Yang Belum Terjamah Akan Menggoda Wisatawan Yang Menyukai Keindahan Alam Yang Masih Asli Dan Belum Terjamah Oleh Tangan-Tangan Jahat Manusia. Hanya Saja, Keindahan Pulo Aceh Ini Belum Dikembangkan Dan Dikelola Secara Maksimal Oleh Pemangku Jabatan.

Disamping Kekurangannya, Wisatawan Yang Pertama Sekali Menginjakkan Kakinya Di Pulau Ini Dipastikan Akan Langsung “Jatuh Cinta” Melihat Pemandangan Alamnya Yang Sangat Indah Dan Pantainya Yang Masih “Perawan”. Pada Tahun 2019 Hal Ini Diakui Oleh Seorang Turis Asal Belgia Saat Berjumpa Dengan Saya, Dia Berkata: This Island Will Be Better Than Sabang Or Bali, May Be”. Yang Artinya: “Pulau Ini Akan Jadi Lebih Baik Dari Sabang Atau Bali. Mungkin” Dengan Senyuman Kecilnya.

Sebelum Kita Beralih Ke Pulau Ibu Kota Pulo Aceh. Sebaiknya Kita Jajaki Dulu Pulau Bagiannnya Yaitu, Pulo Nasi.

Destinasi Wisata Di Pulo Nasi Luar Biasa Indahnya Untuk Menuju Kesini Kita Bisa Menaiki Kmp Papuyu Di Pusat Pelabuhan Ulee Lhee Dan Kita Juga Bisa Menaiki Perahu/ Boat Penumpang Yang Terbuat Dari Kayu. Yang Mana Kita Akan Menikmati Ayunan Ombak Yang Menerkam Dan Menguji Andrenaline. Pelabuhan Boat/ Perahu Untuk Menuju Ke Pulo Nasi Berada Di Bawah Jembatan Ulee Lhee - Banda Aceh.

Adapun, Objek Wisata Di Pulau Ini Ada Di Ujong Eumpee Di Gampong Deudap. Disini Terdapat Bebatuan Cadas Hal Ini Punya Daya Tarik Tersendiri Bagi Pelancong. Terdapat Batu Di Tepi Laut Yang Tampak Seperti Sengaja Diukir. Pengunjung Dapat Menikmati Sensasi Deburan Ombak Dan Semilir Angin Yang Berhembus.

Bagi Wisatawan Yang Ingin Berenang Dapat Mengunjungi Pantai Nipah Yang Terletak Di Gampong Rabo. Air Biru Kehijauan Dan Ombak Yang Tenang Menjadi Daya Tarik Yang Memikat Dari Pantai Ini. Pasir Putih Di Sepanjang Tepi Laut Pun Membuat Pantai Nipah Semakin Indah Dipandang Mata.

Bagi Pelancong Yang Hendak Memburu Senja Atau Sunset, Ada Pantai Lhok Mata Ie Di Gampong Pasie Janeing Yang Menjadi Lokasi Yang Tak Boleh Dilewatkan. Pantai Pasir Putih Ini Menghadap Ke Arah Barat Atau Persis Ke Arah Matahari Tenggelam. Sehingga Pelancong Bisa Mengabadikan Momen Dengan Sunset Berlatarkan Matahari Menjelang Tenggelam Yang Bercahaya Kemerahan. Ada Juga Objek Wisata Lainnya Di Pantai  Alue Riyeung Dan Pusat Pelabuhan Kmp Papuyu Di Lamteng. Nah Itulah dia objek wisata yang ada di Pulo Nasi.

Menuju Ke Pulo Breuh, Jauh Lebih Memanjakan Mata Kita Dengan Keindahan Lautnya, Alamnya Yang Asri Dan Pastinya Sebuah Bukti Sejarah Nkri Peninggalan Masa Kolonial, Yaitu: Mercusuar William Torens. Untuk Menuju Ke Sini Sama Halnya Dengan Kita Bertujuan Ke Pulo Nasi, Dimana Kita Bisa Menggunakan Kmp Papuyu Dan Boat/ Perahu Penumpang Dengan Ukuran Yang Jauh Lebih Besar Dibandingkan Dengan Boat Yang Bertujuan Ke Pulo Nasi. Namun, Sayangnya Kpm Papuyu Jarang Berlabuh Di Pulo Breuh Tepatnya Di Pelabuhan Ulee Paya. Hal Ini Dikarenakan Pelabuhannya Yang Belum Layak Pakai. Adapun Untuk Pelabuhan Perahu/ Boat Menuju Ke Sini Bisa Kita Temukan Di Lampulo - Banda Aceh.

Sebelum Kita Tiba Menginjakkan Kaki Di Pelabuhan Lampuyang Kita Harus Menguji Andrenalin Dengan Ombak Laut Lepas Dari Samudra Yang Dikenal Dengan “Aroih Lampuyang” Arus Ini Cukup Menantang Jiwa Ketika Kita Berpergian Saat Cuaca Buruk. Tapi, Selepas Kita Menginjakkan Kaki Ke Pelabuhan Tersebut Maka Kita Akan Disambut Dengan Alam Yang Masih Asri Nan Indah Menawan. Bahkan Kita Dengan Mudahnya Menemukan Sepasang Rangkong (Buceros), Sejenis Burung Langka Yang Punya Paruh Tanduk Sapi Atau Elang Yang Terbang Tak Terlalu Tinggi.

Kembali Ke Destinasi Wisata Di Pulo Breuh. Tempat Ini Tidak Kalah Dengan Wisata Sabang Andai Saja Dimaksimalkan Oleh Yang Berkewajiban. Selain Objek Wisata Laut, Ada Sebuah Objek Wisata Yang Paling Diburu Oleh Wisatawan Yaitu Peninggalan Kolonial Belanda Yang Bernama Mercusuar Wiiliam Torren. Jikalau Kita Berada Di Ulee Paya Untuk Menuju Ke Mercusuar Ini Harus Melewati 6 Gampong Sebelum Sampai Di Gampong Meulingge Lokasi Mercusuar Ini Berada. Jaraknya Sekitar 20 Kilometer. Memang Perjalannya Agak Sulit Ditempuh Jika Fisik Tidak Prima. Namun Begitu Tiba Di Mercusuar, Letih Akan Berkurang Saat Kita Menikmati Panorama Pantai Dan Gunung Dari Ketinggian.

Saat Menanjak Satu Per Satu Anak Tangga Yang Dipasang Melingkar, Kita Seperti Diajak Masuk Ke Lorong Waktu. Bau Pengap Bagaikan Terkurung Dalam Sebuah Lorong. Tanjaklah Secara  Perlahan. Rasakan Angin Yang Masuk Lewat Jendela-Jendela Kecil Yang Dibuat Pada Beberapa Bagian Di Sekeliling Mercusuar. Saat Menginjak Tangga Akhir Dan Keluar Di Pucuk Menara, Kita Akan Lupa Rasa Letih. Angin Di Ketinggian 85 Meter Di Atas Permukaan Laut Berhembus Perlahan. Jika Ada Lantunan Musik Atau Gelak Tawa Maka Akan Terdengar Nyaring Ke Sekelilingnya Karena Dibawa Angin.

Dari Pucuk Menara, Kita Dapat Melihat Samudera Hindia Yang Membentang Luas, Hingga Berbatas Pandangan Mata. Dari Sanalah, Puluhan, Bahkan Ratusan Kapal Melintas Setiap Harinya. Yang Mana Laut Meulingge, Berbatasan Langsung Dengan Lintasan Internasional.

Sejarah Mercusuar William’s Torrent Ini Dibangun Kolonial Belanda Di Nusantara Pada Tahun 1875. Bangunan Bergaya Eropa Ini, Didirikan Di Atas Cadas Yang Curam Dan Menjorok Langsung Ke Laut. Masyarakat Sekitar Menyebut Mercusuar Dengan Nama Lampu. Karena Lampu Inilah Yang Mengarahkan Para Nelayan Untuk Kembali Pulang Ke Rumah Mereka.  Tebal Dinding Bangunannya Mencapai Satu Meter, Dengan Ketinggian 85 Meter.

Di Masa Kolonial, Mercusuar Ini Menjadi Penunjuk Arah Kapal-Kapal Pengangkut Hasil Bumi Yang Akan Merapat Ke Pelabuhan. Kala Itu, Belanda Ingin Membangun Pelabuhan Besar Di Sabang, Pulau Weh.

Kononnya, Mercusuar Ini Hanya Ada Tiga Di Dunia. Pasangannya, Ada Di Kepuluan Karibia, Yang Menjadi Tempat Penggarapan Film Pirates Of Caribian. Sementara Yang Satunya Lagi, Telah Dijadikan Museum Di Belanda.

Nama William’s Torren, Diambil Dari Nama Raja Luxemburg, Willem Alexander Paul Frederich Lodewijk. Pada Masa Itu, Ia Dikenal Sebagai Raja Yang Ikut Membangun Perekonomian Dan Infrastruktur Daerah Kekuasaan Hindia Belanda. Karena Itu, Nama Dia Disematkan Di Mercusuar Meulingge Ini Menjadi Mercusuar William’s Torrens.

Banyak Hal Hal Indah, Unik Dan Menarik Lainnya Di Pulo Aceh. Namun Sulit Rasanya Menjelaskan Semuanya Hanya Dalam Satu Video. Nantikan Episode Lainnya Tentang Pulo Aceh. Jangan Lupa Subscribe, Like Dan Share Video Ini Bila Bermanfaat.. See You Next Time.. Salam Indkael Tv.Simak 

Video Pulo Aceh



Baca Juga

Kolom Komentar

Apa Tanggapan Anda?

Lebih baru Lebih lama

Ayo Lihat Produk Kami..!!