Malam nisfu Sya’ban memiliki keutamaan yang besar, ia termasuk waktu yang mustajabah untuk berdoa. Perisitiwa-peristiwa besar terjadi di malam penuh berkah tersebut. Demikian pula dengan malam Lailatul Qadar, memiliki keistimewaan yang sangat agung. Ia adalah malam yang diharapkan oleh setiap Muslim di seluruh penjuru dunia.
Allah memperlihatkan malam nisfu Sya’ban kepada siapa pun. Tidak ada yang dirahasiakan tentang terjadinya malam nisfu Sya’ban. Waktu dan tanggalnya sudah jelas dan tidak berubah-ubah di setiap tahunnya, yaitu malam tanggal 15 bulan Sya’ban.
Berbeda dengan malam Lailatul Qadar. Allah sangat merahasiakan kapan malam seribu bulan tersebut terjadi. Bisa tanggal 21, 23, 25, 27 atau bahkan di sepanjang bulan Ramadlan berpotensi Lailatul Qadar, namun kapan persisnya benar-benar menjadi sebuah misteri.
Pertanyaannya kemudian, mengapa Allah tak merahasiakan malam nisfu Sya’ban tapi merahasiakan Lailatul Qadar? Padahal, keduanya sama-sama malam yang dipenuhi limpahan rahmat.
Syekh Abdul Qadir al-Jilani menegaskan bahwa Lailatul Qadar dirahasiakan karena ia lebih dominan sisi rahmat dan ampunan di dalamnya. Barangsiapa menghidupi Lailatul Qadar, ia diberi kemuliaan dan pahala yang tidak terhingga. Oleh karena itu, Allah merahasiakannya agar umat Islam tidak mengandalkan Lailatul Qadar sebagai satu-satunya waktu untuk beribadah secara serius. Dengan dirahasiakannya Lailatul Qadar, semakin tampak siapa hamba yang betul-betul menjaga konsistensi ibadahnya dan siapa yang hanya beribadah secara musiman.
Hal ini berbeda dengan malam Nisfu Sya’ban. Meski di dalamnya dipenuhi limpahan rahmat, namun pada malam tersebut lebih dominan sisi “penentuan nasib” seorang manusia. Di malam nisfu Sya’ban, amal perbuatan manusia selama satu tahun dilaporkan di hadapan-Nya. Manusia diuji selama satu tahun, apakah ia semakin dekat dengan-Nya atau justru semakin diperbudak oleh nafsunya. Di malam tersebut Allah memberi keputusan siapa yang layak mendapat ridha-Nya dan siapa yang tertimpa azab-Nya. Di malam tersebut tampak siapa yang beruntung dan celaka. Oleh karena hal tersebut, malam nisfu Sya’ban tidak dirahasiakan oleh Allah.
Syekh Abdul Qadir al-Jilani mengatakan:
وقيل إن الحكمة في أن الله تعالى أظهر ليلة البراءة وأخفى ليلة القدر لأن ليلة القدر ليلة الرحمة والغفران والعتق من النيران، أخفاها الله لئلا يتكلوا عليها
Dikatakan, hikmah Allah memperlihatkan malam pembebasan (nisfu Sya’ban) dan menyamarkan Lailatul Qadar adalah bahwa Lailatul Qadar merupakan malam kasih sayang, pengampunan, dan pemerdekaan dari neraka. Allah menyamarkan Lailatul Qadar agar para manusia tidak mengandalkannya
وأظهر ليلة البراءة لأنها ليلة الحكم والقضاء وليلة السخط والرضاء ليلة القبول والرد والوصول والصد، ليلة السعادة والشقاء والكرامة والنقاء فواحد فيها يسعد والآخر فيها يبعد، وواحد يجزى ويخزى وواحد يكرم وواحد يحرم، واحد يهجر وواحد يؤجر
Dan Allah memperlihatkan malam pembebasan (nisfu Sya’ban) karena ia adalah malam penghakiman dan pemutusan, malam kemurkaan dan keridhaan, malam penerimaan dan penolakan, malam peyampaian dan penolakan, malam kebahagiaan dan kecelakaan, malam kemuliaan dan pembersihan Sebagian orang beruntung, sebagian yang lain dijauhkan dari rahmat-Nya, ada yang dibalas pahala, ada pula yang dihinakan, ada yang dimuliakan, ada pula yang dicegah dari rahmat-Nya, salah seorang didiamkan, salah seorang diberi pahala.” (Syekh Abdul Qadir al-Jilani, Ghunyah al-Thalibin, hal. 283)
Demikianlah hikmah mengapa Allah tidak merahasiakan malam nisfu Sya’ban. Semoga di malam nisfu Sya’ban kita termasuk dari hamba-hamba-Nya yang beruntung. Aamiin. Ya Rabbal 'Alamin..
Posting Komentar
Apa Tanggapan Anda?